Social Icons

Kamis, 10 September 2015

Inilah Berkas yang harus disiapkan untuk e-PUPNS



Dalam pelaksanaan Pendataan Ulang Pegawai Negeri Sipil secara online atau e-PUPNS ada banyak berkas yang harus disiapkan PNS untuk verifikasi data. Setiap PNS mengentri datanya sendiri ke sistem e-PUPNS. Data yang dientri menjadi tanggung jawabnya sendiri dengan bukti-bukti manual yaitu berkas yang miliki.

Berkas yang harus disiapkan untuk e-PUPNS antara lain : 


  • Foto kopi SK 80 % (CPNS)
  • Foto kopi SK 100 % (PNS)
  • Foto kopi Konfersi NIP
  • Foto kopi Karpeg biasa
  • Foto kopi Karpeg Elektrik
  • Foto kopi SK Pangkat Awal sampai Terakhir.
  • Foto kopi SK Berkala Awal sampai Terakhir.
  • Foto kopi SK jabatan awal sampai dengan SK Jabatan Akhir.
  • Foto kopi SK Tugas Belajar
  • Foto kopi SK Ijin Belajar
  • Foto kopi Ijasah & Transkip Nilai yang dipakai pada saat pengangkatan.
  • Foto kopi Ijisah & Transkip nilai yang di pakai pada SK pangkat terakhir.
  • Foto kopi Berita Acara Sumpah PNS
  • Foto kopi KTP
  • Foto kopi NPWP
  • Foto kopi BPJS / ASKES
  • Daftar Riwayat Hidup
  • Bagi PNS Guru disiapkan akta mengajar.
  • Foto kopi SK atau Sertifikat Pendidik


E-PUPNS tahun 2015 dijadwalkan akan dimulai tanggal 1 September 2015 sampai dengan 31 Desember 2015. Seluruh PNS wajib mengikuti e-PUPNS sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Kepala BKN Nomor 19 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan e-PUPNS. Resiko apabila tidak mengikuti pendataan ini, maka PNS tersebut di nyatakan berhenti.


Melalui sistem e-PUPNS, akan terbentuk database kepegawaian yang sedikitnya memuat data riwayat hidup, pendidikan formal, jabatan dan kepangkatan, penghargaan, tanda jasa, atau tanda kehormatan, pengalaman berorganisasi, gaji, pendidikan dan latihan, daftar penilaian prestasi kerja, surat keputusan (SK) dan kompetensi.


[SekolahDasar.Net | 02/09/2015] 

Jumat, 21 Agustus 2015

Karnaval HUT RI Ke-70 se-Kecamatan Patean

Dalam rangka memeriahkan HUT RI ke-70, diadakan karnaval kemerdekaan di kecamatan Patean. Tentu tak mau ketinggalan dengan sekolah sekolah yang lain SDN 2 Plososari pun ikut berberan serta dalam karnaval ini.



Senin, 17 Agustus 2015

Upacara Bendera Peringatan Hari Ulang Tahun ke-70 Republik Indonesia Kecamatan Patean

Gegap gempita hampir terasa di seluruh negeri ini, ya.. 70 tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini merdeka. Mulai dari kota sampai ke pelosok tanah air, semua merayakannya dengan berbagai kegiatan. Ada perlombaan, pentas seni dan tentu Upacara Bendera yang sudah menjadi tradisi.


Foto di Desa Plososari Patean Kendal

Foto Depan Balai Desa Plososari Patean Kendal
Demikian pula di Wilayah Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal juga dilaksanakan upacara bendera. Upacara dilaksanakan di lapangan belakangan kecamatan Patean, diikuti oleh segenap pelajar dari SD, SMP/MTs, SMK/SMA di wilayah Kecamatan Patean. Selain itu juga diikuti oleh ormas, tokoh masyarakat, pemuda dan para  perangkat desa dan PNS.

Peserta upacara tingkat SMA/SMK dan SMP

Peserta upacara tingkat SMK/SMA

Pasukan Paskibra setelah mengibarkan bendera.
Ada yang berbeda dalam upacara tahun ini, dalam peringatan HUT RI ke 70 ini, sebelum upacara dimulai, dipentaskan sebuah drama musikal secara kolosal oleh siswa-siswi SMK, yaitu dari SMK Adhi Yudya Karya Patean.

Tim pentas drama musikal SMK Adhi Yudya Karya Patean setelah selesai pentas

Para pemanin drama musikal

Drama musikal ini menggambarkan perjuangan para pejuang melawan penjajah di masa lalu.  Sungguh sebuah sajian pentas yang sangat apik dan ditata dengan baik oleh para pembimbing, sehingga menjadi tontonan yang menarik dan menambah semangat para peserta upacara unatuk mengikuti upacara HUT RI ke 70.

Para pemanin drama musikal
Para pemanin drama musikal
Semoga di peringatan Hải Ulang Tahun Indonesia Merdeka ke-70 ini, Indonesia makin jaya, pendidikan makin mạu, dan rakyat makin sejahtera. 
Merdeka!


Sabtu, 15 Agustus 2015

Jadikan Sekolah Kita Menyenangkan

Menyambut 70 Tahun Indonesia Merdeka, seiring dengan tahun pelajaran baru ini, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, mengajak kepada seluruh sekolah di tanah air untuk menjadikan sekolah menyenangkan. Tentu bukan tanpa alasan, jika sekolah itu menyenangkan, akan memberi dampak positif bagi proses pembelajaran yang bisa meningkatkan prestasi belajar siswa.

Oleh karena itu, mari "Jadikan Sekolah Menyenangkan" dengan terus berkreasi dan berinovasi dalam pembelajaran untuk meraih prestasi terbaik.
Tetap Semangat!

Rabu, 12 Agustus 2015

Rapat Anggota Komite SD Negeri 2 Plososari Tahun Pelajaran 2015/2016

Dari kiri; Kepala SDN 2 Plososari, Ibu Siti Aliyah, Ketua Komite; Bapak Samidi, Pengawas PAI; Bapak M.Manijo, Guru PAI; Bapak H.Ahmadi dan pengurus Komite lainnya.

Hari Rabu tanggal 6 Agustus 2015, dilaksanakan rapat anggota komite SDN 2 Plososari UPTD Pendidikan Kecamatan Patean Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah. Rapat anggota komite dihadiri oleh semua wali siswa kelas I sampai dengan kelas 6, dewan guru dan karyawan SDN 2 Plososari, pengurus Komite SDN 2 Plososari dan juga di hadiri oleh Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Patean yang di wakili oleh bapak M. Manijo selaku pengawas PAI Kecamatan Patean.

Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya

Sebelum acara dimulai, rapat ini di dahului dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya yang di pimpin oleh Ibu Sabar Sumiarti, S.Pd.Or (Guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olah Raga SDN 2 Plososari)

Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya di pimpin ibu Sabar Sumiarti

Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh bapak Haji Ahmadi selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Pembacaan doa, dipimpin oleh Bapak H. Ahmadi

Peserta rapat komite, kebanyakan dihadiri ibu-ibu wali siswa

Setelah acara doa, di lanjutkan dengan prakata panitia penyelenggara yang di sampaikan oleh pakan Syaifudin, S.Pd.SD yang juga merupakan guru kelas VI.

Prakata penyelenggara, bapak Syaifudin




Segenap pengurus komite juga hadir, dalam kesempatan itu rapat anggota komite SDN 2 Plososari selanjutnya di pimpin oleh ketua Komite, yaitu bapak Samidi.
Rapat membahas program komite SDN 2 Plososari untuk tahun Pelajaran 2015/2016 dan menghasilkan kesepakatan-kesepakatan guna mewujudkan SDN 2 Plososari semakin maju dan terus berkembang.

Sabtu, 08 Agustus 2015

Peran Guru dalam Penumbuhan Budi Pekerti Siswa


Pencanangan penumbuhan budi pekerti siswa melalui kegiatan non kurikuler di sekolah oleh Mendikbud adalah sesuatu yang perlu mendapat apresiasi positif dari semua kalangan. Ini menunjukkan bahwa pihak pemerintah telah menyadari bahwa persoalan budi pekerti anaak bangsa telah mendekati titik nadir. Istilahnya pun telah ditingkatkan menjadi ‘penumbuhan’ bukan lagi sekadar ‘penanaman’. Pemilihan kata ‘penumbuhan’ mengandung nilai lebih, karena jelas diawali dengan ‘penanaman’ selanjutnya ‘penyiraman dan pemupukan’ dan barulah ‘proses tumbuh’, terakhir ‘pemeliharaan’.

Pada saat istilah ‘penanaman budi pekerti’ yang dipakai, maka yang menjadi sorotan utama adalah guru. Bagaimana guru menjalankan tugasnya dalam memberikan penanaman budi pekerti kepada siswanya, menjadi hal yang sangat prinsip. Padahal, yang menjadi inti dari kesadaran akan pentingnya budi pekerti tersebut adalah hasil yang tampak dari sikap dan prilaku siswa. Konsekuensinya banyak guru menjalankan tugas ini sebagai formalitas saja atau sekadar menggugurkan kewajiban.

Contoh penumbuhan budi pekerti siswa di sekolah melalui kegeiatan non kurikuler, yang dirilis Kemendibud sebenarnya hampir seluruhnya telah terlaksana di sekolah. Berdoa sebelum pelajaran dimulai, menyanyikan lagu nasional dan daerah, upacara bendera pada hari Senin, senam pagi, piket kebersihan kelas, membuang sampah pada tempatnya, dan lainnya adalah semua aktivitas yang sudah terlaksana di sekolah. Jadi, apa yang baru dengan aktivitas penumbuhan budi pekerti siswa yang dicanangkan bersamaan dengan masuknya tahun pelajaran 2015/2016 ini? Semua aktivitas yang dicontohkan tak ada yang baru. Esensi dan filosofi istilah ‘penumbuhan’, itulah yang baru!

Banyak hal yang harus menjadi perhatian sekolah khususnya guru dalam melaksanakan program ini. Namun yang paling utama adalah seperti penjelasan di awal tulisan ini berkenaan perbedaan esensi kata ‘penumbuhan’. Guru dituntut untuk tidak menjadikan tugas mulia ini sekadar formalitas belaka, tetapi menjadikannya sebagai amanah dan kewajban dalam memperbaiki budi pekerti anak bangsa. Oleh karena itu, aplikasi dari budi pekerti siswa harus menjadi hal utama dalam keseluruhan tugas penumbuhan budi pekerti tersebut. Pertanyaannya kemudian adalah: bagaimana keyakinan terhadap tumbuhnya budi pekerti siswa akan terwujud? Keteladanan, jawabannya.

Keteladanan dari guru adalah segalanya. Semua guru mungkin sukses menanamkan budi pekerti kepada siswanya, apalagi hanya sekadar teori dan retorika belaka. Tetapi banyak guru yang kesulitan dalam menumbuhkan budi pekerti kepada anak didiknya, disebabkan kurangnya keteladanan. Meminta siswa tepat waktu sedangkan gurunya sering terlambat, melarang merokok sementara gurunya “ahli hisap”, harus tertib dalam upacara tetapi sang guru asyik ngobrol, dan contoh sejenis lainnya yang jika benar tentu saja tak bisa diharapkan budi pekerti siswa akan tumbuh. Oleh karena itu, sejatinya budi pekerti harus tumbuh terlebih dahulu dari guru. Dapat juga sebenarnya menjadikan tugas penumbuhan budi pekerti ini, menjadi momen yang tepat untuk guru introspeksi budi pekerti pribadi.

*)Ditulis dan dikirim oleh MUH. SYUKUR SALMAN, Guru SD 71 Parepare.
[SekolahDasar.Net | 04/08/2015] 

Sumber: Sekolah Dasar.net

Rabu, 05 Agustus 2015

Manual Aplikasi Pendataan Tahun 2015 Dapodikdas 4.0.0


Apa kabar rekan-rekan operator? Buat anda yang membutuhkan Manual Aplikaso pendataan tahun 2015, silahkan bisa Download disini.




Semoga bermanfaat.

Upacara Bendera Hari Senin 3 Agustus 2015


Merupakan kegiatan rutin dan menjadi pembiasaaan, setiap hari Senin dilaksanakan upacara bendera, demikian juga pada hari Senin, 3 Agustus 2015 juga dilaksanakan upacara bendera

Upacara bendera kali ini sebagai petugas upacara adalah siswa-siswi kelas VI, dengan pembina upacara bapak Syaifudin, S.Pd.SD yang juga merupakan guru Kelas VI.


Peserta upacara adalah semua siswa-siswi SDN 2 Plososari mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. beserta guru SDN 2 Plososari


Upacara dimulai pada pukul 07.15 wib sampai dengan pukul 07.45 wib. Tujuan dari pelaksanaan upacara ini tentu untuk menanamkan disiplin dan rasa nasionalisme bagi siswa - siswi SDN 2 Plososari.



Jumat, 31 Juli 2015

10 Ciri-ciri guru yang disenangi siswa yang wajib anda ketahui


"Salam Sukses Bapak dan Ibu Guru salam sejahtera dan salam edukasi !!
Menjadi seorang guru bukanlah perkara yang bisa dianggap terlalu mudah atau terlalu sulit, terlebih dalam interaksinya dengan para siswa ketika di kelas ataupun diluar kelas.
Pada kenyataannya ada guru yang disenangi oleh siswa dan ada juga tidak disenangi bahkan dibenci oleh siswanya.
Berikut ini adalah 10 Ciri-ciri guru yang disenangi siswa yang wajib anda ketahui.
1. Guru yang Menguasai Materi Pelajaran. Hal ini sangat penting dalam proses pembelajaran, sehingga jika muncul pertanyaan dari siswa, guru dapat menjawabnya dengan sangat mudah. Jika pun guru belum dapat menjawab pertanyaan siswa, guru model ini dapat memberikan beberapa alternatif sebagai jawaban yang memuaskan atau setidaknya cukup untuk menjawab pertanyaan dari siswanya
2. Guru yang Memahami Metode Pembelajaran. Dengan memahami metode pembelajaran yang digunakannya saat mengajar, guru model ini dapat menyampaikan materi pembelajaran disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dari tujuan pembelajaran, sehingga siswapun dapat memahami semua yang diajarkan oleh guru tersebut.
3. Guru yang Memahami Gaya belajar Anak. Seperti yang kita tahu bahwa kita mengenal tiga jenis gaya belajar anak, diantaranya yaitu Audio, Visual dan kinestetik. Guru model ini dapat menentukan gaya belajar yang dikuasai oleh siswa tertentu, sehingga setiap siswa dapat memahami setiap yang diajarkan oleh guru berdasarkan gaya belajar anak tersebut.
4. Guru Memahami psikologi perkembangan anak. Guru model ini dapat mengetahui sebab mengapa seorang siswa berbuat sesuatu, sehingga jikapun siswa melakukan suatu kesalahan maka guru tersebut dengan cepat dan tanggap dapat mengubah siswa tersebut supaya beralih kepada perbuatan yang baik yang hendak dicapai dari tujuan pendidikan.
5. Guru yang Berpenampilan Menarik. Guru model ini tidak berarti harus selalu ganteng atau cantik, tetapi guru yang mampu menarik perhatian siswa kepada dirinya sehingga akan lebih mudah mengantarkan siswa kepada tujuan pembelajaran yang diajarkannya.
6. Guru yang Humoris. Guru model ini dapat mencairkan suasana belajar yang serius menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan. Guru yang humoris dapat merebut hati sang anak, sehingga pada akhirnya juga dapat merebut perhatian anak untuk belajar dengan sebaik-baiknya.
7. Guru yang Menjadi contoh atau teladan. Guru model ini lebih suka mengajak dari pada menyuruh.
8. Guru yang Adil dan Penyabar. Guru model ini sangat memahami bahwa kenakalan anak sesungguhnya merupakan bagian dari sistem pembelajaran. Yang biasa diterapkan oleh guru ini adalah punishment and reward, atau memberikan hukuman yang wajar kepada siswa yang bersalah, dan memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi.
9. Guru yang Up To date. Guru model ini dapat berkembang lebih cepat dari dari pada perkembangan zamannya, sehingga dapat cepat menanggapi setiap permasalahan yang timbul dari para siswa.
10. Guru yang Tidak Gaptek alias gagap teknologi. Guru model ini sudah pasti akan sangat disenangi siswa, karena dapat menangkap dan memantau setiap perkembangan yang terjadi pada diri siswa melalui berbagai perangkat yang juga digunakan oleh para siswa tersebut.


Sumber : Facebook

Rabu, 29 Juli 2015

Hari Pertama Masuk Sekolah Tahun Pelajaran 2015 - 2016


Apel pagi sekaligus acara Halal Bi Halal
Hari pertama masuk sekolah, setelah sekian lama libur panjang, merupakan perpaduan libur kenaikan kelas dan libur hari Raya Idul Fitri, maka di hari pertama masuk sekolah, masih dalam suasana Idul Fitri, diadakan acara Halal Bi Halal yang di ikuti oleh segenap keluarga besar SDN 2 Plososari

Dalam kegiatan ini pula, di bacakan sambutan/surat dai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, bapak Anies Baswedan oleh ibu Kepalas Sekolah, Ibu Siti Aliyah.

Ibu Siti Aliyah - Kepala SDN 2 Plososari

Yang paling menggemaskan adalah, melihat anak-anak kelas I, yang masih imut imut dan lucu. Okey, selamat belajar dan semoga sukses selalu...

Siswa-siswi Kelas I SDN 2 Plososari



Selasa, 28 Juli 2015

Pembiasaan Belajar Terus-menerus pada Siswa SD




Hasil belajar yang baik adalah bukti adanya pembiasaan belajar yang baik. Belajar secara terus-menerus merupakan sebuah pembiasaan belajar yang baik.


Masih ada kenyataan pada siswa sekolah dasar yaitu:


1. Siswa belajar bila ada ulangan, bila ada ujian, bila ada perlombaan. Belajar yang demikian dipandang sebagai belajar adalah kegiatan yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang singkat. Akibatnya siswa memperoleh nilai rendah pada ulangan, ujian dan perlombaan. Bila belajar dipandang sebagai kegiatan yang dilaksanakan pada waktu tertentu dan singkat, ada kemungkinan siswa tidak mampu menyelesaikan soal-soal pada waktu ulangan, ujian dan perlombaan.


2.Siswa melakukan sikap-sikap terpuji seperti tertib, rajin, tekun dan disiplin hanya pada waktu tertentu dan bahkan di tempat tertentu seperti pada waktu hari sedang sekolah di sekolah.Akibatnya siswa tidak mampu melakukan sikap terpuji pada waktu lain di tempat lain. jika siswa tidak mampu melakukan sikap terpuji di tempat lain pada waktu lain maka ada kemungkinan siswa tersebut melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan orang lain.


3.Siswa memelihara kebersihan, kerapihan, keindahan proses kerja dan hasil kerja hanya bila dinilai. Cara memelihara kebersihan, kerapihan dan keindahan yang demikian dipandang sebagai memelihara keterampilan hanya pada waktu-waktu tertentu di tempat tertentu.Akibatnya, siswa tidak mempunyai keterampilan menjaga kebersihan, kerapihan dan keindahan di tempat lain.


Penyebab terjadinya semua kenyataan itu adalah rendahnya pembiasaan belajar secara terus-menerus baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan.


Sekolah sebagai pusat pembentukan pembiasaan belajar secara formal bagi siswa ,perlu mencari solusi yang dapat meningkatkan pembiasaan belajar bagi siswanya agar siswanya belajar terus-menerus.


Sebuah solusi yang dipandang tepat meningkatkan pembiasaan belajar terus-menerus pada siswa adalah penerapan penilaian pada setiap melaksanakan pembelajaran. Hal ini karena:


1.Penilaian merupakan sebuah sumber motivasi yang mendorong siswa untuk belajar.Bila penilaian dilakukan pada setiap melaksanakan pembelajaran maka siswa akan terdorong untuk belajar.


2.Pelaksanaan pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan terus-menerus. Bila penilaian dilakukan setiap melaksanakan pembelajaran maka siswa akan belajar secara terus-menerus. Dengan demikian, siswa akan belajar bukan hanya bila ada ulangan, ada ujian atau ada perlombaan. Belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara terus -menerus.


3.Belajar yang terus-menerus akan membentuk sebuah pembiasaan belajar yang terus-menerus.Pembiasaan belajar yang terus-menerus akan membuat siswa selalu siap pengetahuan,sikap dan keterampilannya untuk menghadapi ulangan, ujian dan perlombaan termasuk sikap dan keterampilannya dalam kehidupannya sebagai warga masyarakat.


Dengan mencermati alasan-alasan di atas,maka penerapan penilaian dalam setiap melaksanakan pembelajaran menjadi penting mengingat penilaian yang dilakukan terus-menerus akan mendorong terjadinya pembiasaan belajar secara terus-menerus pada siswa.


Sebagai contoh prosedur penerapan penilaian setiap melaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut:


1.Pada tahap perencanaan, guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang efisien atau memperhitungkan ketersediaan waktu untuk setiap melaksanakan pembelajaran serta menyiapkan lembar pengamatan aspek sikap,lembar tes untuk aspek pengetahuan, dan lembar pengamatan aspek keterampilan.


2.Pada tahap pelaksanaan, guru mengamati sikap siswa dan mencatat hasilnya pada lembar pengamatan, mengamati keterampilan siswa dan mencatat hasilnya dalam lembar pengamatan aspek keterampilan serta memberikan lembar tes dan mencatat nilai tes siswa pada lembar daftar nilai tes.


*) Ditulis dan dikirim oleh  Aloysius Lega. Guru dan kepala sekolah pada SDK Rokap di Kecamatan Macang Pacar Kabupaten Manggarai Barat Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Senin, 27 Juli 2015

MASA ORIENTASI SISWA SEKOLAH (MOSS)




BUDAYA PENJAJAHAN UNTUK BANGSA TERJAJAH
BUDAYA PARA PENJAJAH YANG TIDAK PERNAH DI TERAPKAN UNTUK ANAK-ANAK BANGSA MEREKA SENDIRI
BUDAYA MENGHUKUM DAN MENGHAKIMI PARA PENDIDIK DI INDONESIA
BUDAYA KEBODOHAN YANG MASIH TERUS DILESTARIKAN HINGGA HARI INI
-Mulai sejak SD hingga Perguruan Tinggi- 
-Mulai dari guru dan dosen hingga para Senior ke Junior-

Ditulis oleh: Prof. Rhenald Kasali (Guru Besar FE UI)
LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.
…Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali, sampai dia menyerah.
Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberinilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.
Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?”
“Dari Indonesia,” jawab saya.
Dia pun tersenyum.
BUDAYA MENGHUKUM
Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.
“Saya mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. “Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak anaknya dididik di sini,” lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement! ” Dia pun melanjutkan argumentasinya.
“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda-beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.
Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.
Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga doktor.
Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.
Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafik-grafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti.
Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan.
Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.
***
Etika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi.
Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan. Ada semacam balas dendam dan kecurigaan.
Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak.
Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. “Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan.
Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.
Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.”
Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif.
Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan “gurunya salah”. Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.
MELAHIRKAN KEHEBATAN
Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru, sundutan rokok, dan seterusnya.
Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas…; Kalau,…; Nanti,…; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.
Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh.
Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.
Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh.
Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti.
ALHAMDULLILAH LINK SUMBER NASKAH ASLINYA DI TEMUKAN OLEH PAK IMAM:http://mm.fe.ui.ac.id/…/261-encouragement-prof-rhenald-kasa…
ps. Silahkan di share kembali kepada sebanyak-banyak orang yang membutuhkannya, jika posting ini dianggap membawa manfaat bagi anak-anak kita dan generasi bangsa lainnya.

Sabtu, 25 Juli 2015

Contoh SK Pembagian Tugas Mengajar Untuk SD



Pada awal semester atau tahun pelajaran baru, Kepala Sekolah membuat Surat Keputusan (SK) Pembagian Tugas Mengajar dan Tugas Tambahan Guru sebagai dasar pelaksanaan tugas mengajar dalam satu semester. SK Pembagian tugas mengajar pada jenjang Sekolah Dasar (SD) yang terbaru juga menampilkan jumlah siswa pada setiap rombongan belajar (rombel).

Jika biasanya pada SK Pembagian Tugas Mengajar dan Tugas Tambahan Guru hanya memuat unsur tambahan dengan jumlah jam yang diampu guru, kali ini ditambahkan jumlah siswa pada romble atau kelasnya. Hal ini karena jumlah siswa pada rombel menjadi salah satu pertimbangan untuk syarat tunjangan profesi guru.

Baca juga: Guru Tidak Dapat TPP Jika Siswa Kurang dari 20 

Contoh SK Pembagian Tugas Mengajar dan Tugas Tambahan Guru dengan format terbaru, yaitu adanya penambahan jumlah pada masing-masing rombel yang diampu dapat didownload melalui tautan berikut ini:


SK Pembagian Tugas Mengajar dan Tugas Tambahan Guru untuk SD ini telah menggunakan Permeneg PAN no 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya sebagai dasar hukum. Ini menggantikan dasar hukum yang lama, yaituSK MENDIKBUD dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993 dan Nomor 25 Tahun 1993 tentang Angka Kredit Jabatan Guru.

Sumber: Sekolah Dasar.Net

Jumat, 24 Juli 2015

KEMDIKBUD KELUARKAN PERMENDIKBUD NO 21/2015 TENTANG ATURAN HARI PERTAMA MASUK SEKOLAH

Hari Pertama Masuk Sekolah

Dalam menyambut tahun pelajaran baru 2015/2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan aturan teknis yang berkaitan dengan hari pertama masuk sekolah.
Aturan teknis tersebut tertuang dalam Permendikbud No 21 tahun 2015, dan aturan tersebut sudah disosialisasikan ke seluruh dinas pendidikan tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.
Aturan teknis tersebut adalah :

1. Sekolah wajib melaksanakan upacara bendera setiap Senin. 
Hal ini dimaksudkan mendidik kedisiplinan siswa, membiasakan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Pelaksanaan upacara bendera juga mendidik siswa menjadi seorang pemimpin yang bertanggungjawab. Yakni melalui penugasan panitia upacara secara bergilir.

2. Orangtua wajib mengantar anaknya ke sekolah di hari pertama masuk. 
Kemendikbud ingin memperdalam keterikatan orangtua dengan sekolah. Hubungan antara orang tua dengan guru yang erat saling bekerja sama bisa memecahkan persoalan siswa. Baik dalam belajar atau pergaulan di sekolah, maupun di rumah. Karena selama ini orang tua ke sekolah ketika pembagian rapor atau saat perpisahan. 
Aktivitas ini tidak sebatas mengantar anak di luar pagar sekolah saja. Kemudian siswa masuk sekolah dan orang tua pulang sambil keduanya melambaikan tangan. Namun orang tua harus benar-benar ikut masuk sampai di dalam kelas. Setelah sampai di dalam sekolah, orangtua harus berkomunikasi dengan para guru. Khususnya guru yang akan mengajar sang anak. Dengan maksud bahwa orangtua tua menitipkan anaknya kepada guru di sekolah.

3. Kewajiban berdoa bersama-sama ketika akan mengawali dan mengakhiri proses pembelajaran di kelas. Konsep yang diterapkan awal proses berdoa bersama dipimpin oleh guru, dan dihari berikutnya para siswa ditugasi mempimpin doa secara bergantian. Setelah berdoa,
4. Siswa wajib menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum belajar. 
menyanyikan lagu kebangsaan ini dilakukan setiap hari. Ketika akan pulang sekolah, juga menyanyikan lagu-lagu perjuangan atau lagu-lagu daerah. Lagu-lagu patriotik populer seperti Bendera (Coklat Band) atau Pancasila Rumah Kita (Franky Sahilatua) boleh dibawakan siswa rame-rame di kelas masig-masing. Jika bosan dengan lagu patriotik, siswa boleh membawakan lagu-lagu daerah setempat. Hal tersebut diterapkan karena selama ini cukup menimbulkan keprihatinan karena siswa-siswa sekarang ini tidak banyak mengenal lagu-lagu daerah sedangkan diindonesia lagu daerah sangat bannyak sekali. sebagai contoh : banyak siswa di Jawa yang tidak tahu lagu-lagu tradisional Jawa. Begitu pula siswa-siswa di Bandung dan sekitarnya, yang mulai tidak mengenali lagu tradisional Sunda.

Demikian aturan teknis yang dikeluarkan kemdikbud yang akan diterapkan di awal tahun ajaran baru 2015-2016. Kemendikbud memberikan instruksi kepada seluruh dinas pendidikan, untuk mengawasi aturan-aturan baru itu. Jika ada sekolah yang bandel tidak menerapkan aturan tadi, disiapkan sanksi teguran.
Dengan adanya aturan baru ini semoga dapat terlaksana dengan baik, karena ini merupakan langkah untuk mengenalkan kembali kepada siswa tentang pengetahuan tentang Indonesia.
Hal tersebut tidak berat dilaksanakan apabila semua pihak memiliki niat untuk maju.
Maju Terus Pendidikan Di Indonesia!

Rabu, 22 Juli 2015

Resep Guru Hebat


Untuk menjadi guru hebat ada resepnya. Jika bahan utama untuk menjadi guru hebat ini digabungkan dengan benar, akan menghasilkan kelas yang sangat efektif dan siswa yang produktif. Guru hebat adalah guru yang memiliki mutu tinggi, terampil, dan mampu memberi pengaruh besar sehingga mampu memberi dampak sepanjang hidup pada kehidupan siswa. 

Di dalam kelas berkumpul siswa dengan beragam latar belakang, kemampuan dasar, bakat, tantangan, dan pengalaman. Guru tidak bisa memandang siswanya bagai “sepotong kue” yang mudah dibuatnya dengan resep racikannya sendiri. Guru memerlukan memikiran dan menemukan cara yang tepat untuk menghasilkan cita rasa yang sesuai dengan keinginan setiap siswa.

Seperti yang ditulis oleh Anita Moultrie Turner dalam Recipe for Great Teaching: 11 Essential Ingradients, yang SekolahDasar.Net kutip dari blog demangwaru.blogspot.com (22/09/2013), untuk menjadi guru yang hebat ada sebelas bahan utama yang disajikan ke dalam proses pembelajaran di kelas. Sebelas bahan utama untuk menjadi guru ampuh itu adalah:

1. Rasa cinta dan kepedulian
Bahan utama untuk menjadi guru hebat adalah cinta pada diri sendiri, cinta pada profesi dan cinta terhadap siswa. Sebagai guru hebat harus berkata: "Jika saya memberi mereka kebaikan, maka saya dapat menerima kebaikan dari mereka.” Jika siswa mengagumi guru, penghormatan segera muncul.

2. Komunikasi
Sering terjadi proses pembelajaran di kelas di mana guru hanya mengajar 5 – 10 anak. Mereka bukannya 25 atau 30 atau lebih. Sebagian besar siswa duduk bermalas-malasan dengan gelombang otak yang tidak terarah, tidak mendengarkan atau bermain sendiri. Guru hebat harus mengajar seluruh kelas. Guru harus dapat menciptakan situasi pada anak malas tetapi mau menunjukkan jarinya sehingga mengalami kesuksesan. Sehingga terjadi komunikasi yang harmonis antara guru dan siswanya. Selain dengan siswa, orang tua juga perlu diajak komunikasi.

3. Pujian dan harga diri
Guru harus optimis dengan melihat sisi baik anak, jangan sebaliknya memandang siswanya dengan pesimistis. “Anton, kau terlambat lagi!” Kalimat ini akan menimbulkan rasa malu pada anak. Lain halnya dengan ucapan, “Anton kemarin kamu datang tepat waktu dan saya senang. Mulai besok datanglah dengan tepat waktu!” Mengajar dengan menggunakan pujian-pujian secara konsisten akan menghasilkan kualitas pembelajaran yang mengagumkan.

4. Hormat dan harga diri
Guru sepenuhnya dapat menjadi model rasa hormat dan harga diri selama jam sekolah. Guru harus memulai dari diri sendiri, dengan menjadi model perilaku menghormati ketika mereka berhubungan dengan rekan kerja dan siswa.

5. Lingkungan ruang kelas
Ciptakan komunitas hangat dan dapat dipercaya bagi para siswa. Supaya terjadi komunikasi yang jelas dan konsisten pastikan bahwa kelas adalah milik setiap orang. Ciptakan ruang kelas merupakan lingkungan dengan banyak pernak-pernik, misalnya: Visi dan Misi, Tata tertib kelas, pengumuman, contoh karya siswa, dan sebagainya. Pengaturan tempat duduk sangat berpengarauh terhadap berlangsungnya proses pembelajaran dan hasil belajar.

6. Manajemen kelas
Guru harus menentukan pedoman, aturan, dan prosedur yang jelas sehingga tercipta interaksi setiap orang di kelas dengan efektif.

7. Disiplin, bersikaplah adil dan konsisten
Tangani perilaku yang tak diharapkan. Buat kontak mata langsung dengan siswa sehingga mereka menganggap ada keseriusan. Gunakan kedekatan untuk menempatkan fisik dengan siswa sehingga mereka memahami perilakunya tidak pantas. Tangani disiplin dengan tenang, lembut, dan sadar. Lakukan dulu perilaku yang diharapkan untuk ditiru siswa. Kaji ulang dengan siswa pada waktu terjadi pelanggaran. Senantiasa konsisten dengan aturan yang dibuat.

8. Menyusun buku catatan
Semua siswa untuk biasakan memiliki buku catatan yang berisi tentang hasil kerja siswa. Dengan ini diharapkan para siswa belajar bertanggung jawab atas tugas mereka sendiri.

9. Ketrampilan kehidupan nyata ke dalam kurikulum
Sangat penting siswa memahami bahwa keterampilan yang mereka pelajari di sekolah harus bisa diterapkan ke keterampilan nyata yang mereka perlukan agar menjadi orang dewasa yang sukses, sehat, dan makmur.

10. Kolaborasi
Dalam pembelajaran perlu adanya kolaborasi antar penyelenggara sekolah, baik antar guru dengan guru, antar guru dengan karyawan maupun guru dengan orang tua siswa. Perlu dibentuk tim untuk mengadakan pertemuan mingguan dan bulanan, perencanaan pembelajaran, maupun pengamatan ke kelas siswa. Guru hebat memahami pentingnya kerja kolaborasi dengan guru lain.

11. Penyajian
Setelah semua bahan dipersiapkan, guru siap untuk menyajikan ke dalam meja makan pembelajaran. Kelas yang sudah dipersiapkan adalah milik Anda. Anda memiliki kebebasan pribadi yang besar untuk memberikan pengaruh positif pada kehidupan siswa. Mengajar merupakan profesi yang bersahaja, terhormat, dan menantang yang mempengaruhi siswa, orang tua mereka, dan masyarakat mereka.

[SekolahDasar.Net | 22/09/2013] 

Sumber: Sekolah Dasar.Net

Senin, 20 Juli 2015

Guru Hebat Itu Punya Kompetensi Lebih



Guru hebat adalah mereka yang memiliki kompetensi lebih, bukan guru yang sekadar memenuhi standar. Hal ini dikatakan Guru Besar Universitas Negeri Yogyakara (UNY), Prof. Suwarsih Madya saat seminar bertajuk, "Aku Guru Hebat Apapun Kurikulumnya" di Universitas Negeri Semarang (Unnes).

"Untuk menjadi guru yang hebat, harus mendidik dengan niat sebagai ibadah, memperkokoh kepribadian, meningkatkan kompetensi secara kontinyu dengan memahami konteks secara menyeluruh,” kata Suwarsih yang SekolahDasar.Net lansir dari laman Unnes (14/07/15).


Menurutnya guru yang hebat adalah guru yang mampu menyusun, melaksanakan, dan memberikan penilaian terkait pembelajaran kapan dan dimana saja dia ditempatkan. Guru hebat juga harus fokus dalam pengembangan seluruh potensi yang dimiliki peserta didiknya.

Terkait dengan perubahan kurikulum, Suwarsih mengajakan apa pun kurikulumnya, guru harus memastikan peserta didik tumbuh dan berkembang sesuai potensi masing-masing dalam situasi dan kondisi yang ada. 

Seluruh guru diminta untuk tetap siap mengajar dengan kurikulum apa pun yang ditetapkan pemerintah. Karena kurikulum akan terus berubah mengikuti situasi politik, sosial, budaya dan perkembangan teknologi. Sementara, tugas guru tidak berubah. 

Farida Fahmalatif SPd MPd, guru berprestasi tingkat nasional 2014 yang juga hadir dalam seminar itu mengatakan perubahan kurikulum harus disikapi dengan positif. Guru harus mengembangkan kompetensi personal, sosial, pedagogik dan profesional.

"Kurikulum apa pun, guru harus berprestasi dan menginspirasi", kata farida.

 
Blogger Templates